"Ngekos" itu boleh gue bilang asyik tapi bisa juga gak asyik. Kadang bisa senang, tapi kadang juga gak enak. Pokoknya ngekos itu penuh suka dan duka. Apa saja sih suka duka hidup ngekos? Langsung cus baca nyookkk...
Bagi saya (anak kos) maupun bagi mereka yang sudah pernah ngekos, tentu banyak pengalaman berkesan. Walaupun cuma ngekos sebentar (entah kenapa mungkin kerja atau apalah..) setidaknya ada beberapa pengalaman yang menyisakan
kesan dalam benak mereka kan? Hmm... Sekali lagi ternyata ngekos itu susah-susah senang, pokoke penuh
suka duka!
Biar lebih enak, mari kita mulai bicara hal-hal yang enak lebih
dulu. Oke??
Siapa sih yang gak pengen hidup bebas? Jauh dari pengawasan orang tua,
gak pengen diatur ini-itunya, kos lah yang menjadi salah satu jalan untuk
menempuh semuanya.
Benar saja, salah satu yang ditawarkan dari hidup ngekos adalah
kebebasan. Bebas bisa diartikan beraneka ragam. Sebagi contoh bebas bergaul
kapanpun dimanapun. Asal kita bayar uang kos ke ibu kos :), kita mungkin bebas pulang
kapan saja, tak ada jam malam (jam malam berlaku hanya untuk menerima tamu),
kita nongkrong sampai jam berapapun gak ada yang melarang (tapi kosanku gak kaya gini.. maks jam 10 dah dikunci ToT).
Bebas dari kekangan orang tua. Di kos bakal tidak ditemui
pengawasan langsung dari orang tua. Memang sangat manusiawi jika orang tua sangat mengawasi
anak mereka, orang tua hanya berkeinginan agar anaknya menjadi orang yang baik
dan benar, tapi kadang pengawasannya terlalu overprotektif sehingga menyebabkan
si anak terkekang. Di sinilah letak tantangannya, orang tua dituntut untuk
percaya penuh kepada sang anak, sementara sang anak dituntut untuk menjalankan
amanah dan kepercayaan orang tua.
Lagi nih dukanya ngekos.. Ngekos = belajar mandiri. Ini bisa dikatakan enak namun bisa juga gak
enak, kos itu perlu adaptasi terlebih dahulu. Hidup ngekos, merantau ke kota orang,
kita dituntut mandiri (mandi pun sendiri :P), apapun dilakukan sendiri, kita yang awalnya nyuci bisa
dicucikan pembantu di rumah kini kita harus meluangkan waktu untuk mencuci baju. Kita yang biasa makan tinggal ambil di
dapur, kini harus pergi ke warung terdekat (Warung Makan Pak Yatin), bagi perempuan
mungkin sudah terbiasa dengan aktivitas mencuci atau memasak, tapi bagi para
lelaki kaya gue? hmm ... daripada repot memasak mending pergi ke warung saja deh. Kalau masak sendiri pun biasanya serba instant kan?
Mie instant adalah menu utama tentunya, disini gizi yang tidak menjamin. Tak
heran jika maag dan typhus adalah penyakit khas anak kos :(.
Dukanya?? Kalau ibu kos cerewet (maaf ya buk). Dimarahin ibu kos hampir
pernah dialami rata-rata anak kos, masalah terkadang sepele, lupa matikan kran
air kamar mandi lah, merokok, membawa teman kos sampai terlalu malam, atau
telat bayar uang kos.
Kalau sakit gak ada yang ngerawat. Teman satu kos juga tidak
24 jam bisa menemani kita. Beda kalau di rumah, ada ibu yang merawat dan
menjaga kita 24 jam layaknya kita kecil dahulu (aku kangen ibu di rumah T.T).
Ohya, anak kos harus pandai-pandai ngatur uang, hindari gali
lobang-tutup lubang. Jangan sampai menerapakan kehidupan yang Senin makan
Selasa puasa, Rabo ngutang Kamis dibayar. Kita ambil hikmahnya saja, semestinya
dari awal hidup ngekos kita harus pintar mengatur keuangan, karena ngekos
menjadi awal untuk hidup mandiri menuju kehidupan berkeluarga.
Tapi broo.. Jangan terpengaruh dengan kehidupan
bebas sebebas-bebasnya, manage diri dengan baik, tetap ikuti norma dan jalan
lurus yang ada. Bebas bukan berarti mengikuti alur yang tidak sehat, tetap jaga
kepercayaan orang tua, tetap jalani amanah yang ada. Oke??
Sekian.